Seorang Suami 7 Tahun Belum Bekerja Sejak Menikah
Kisah 2 :
Tahun
2003, datanglah sepasang suami isteri yang penampilannya sholeh dan sholehah. Sejak
pernikahan 7 (tujuh) tahun lalu, sang suami masih belum bekerja. Mengirim
lamaran pekerjaan sudah kemana-mana, mencoba usaha tapi jatuhnya malah berhutang
karena usaha bangkrut.
Sang
isteri bekerja sebagai guru dan kelihatan sholehah. Ust. YM berpikir bahwa kemungkinan
kesalahan bukan dari sang istri. Namun sang suami juga tidak kurang tampak
sholehnya. Dari penuturannya, sang suami rajin beribadah dan seorang muazin. Maka
Ust. YM ber-husnudzon, oleh beliau hanya ditanyakan 9 (sembilan) dosa besar,
kecuali nomor 4 (empat) yaitu zina. Dari yang sembilan tersebut, sang suami menolak
keras.
Kemudian
Ust. YM meminta sang isteri untuk keluar ruangan, maka ditanyakanlah yang nomor
empat. Reaksi sang suami langsung menangis.
Dari
perjalanan Ust. YM mengamati perjalanan hidup orang-orang sholeh, bahwa;
“MENUJULAH KEPADA ALLAH”
รจ SINGKIRKAN APA YANG KITA KEHENDAKI DAN MENUJULAH KITA
KEPADA APA YANG ALLAH KEHENDAKI, MAKA KITA AKAN MENDAPATKAN SEMUA YANG KITA INGINI.
Sebab
kalau kita cenderung kepada dunia yang Allah miliki ini, Allah cenderung
membiarkan kita mencari dan terus mencari.
Banyak orang yang gagal melunasi hutang karena targetnya adalah melunasi hutangnya. Banyak orang yang gagal mendapatkan anak karena yang dia kejar hanya anak keturunan. Banyak orang yang gagal membentuk imperium usaha karena yang dia kejar hanya hasil usaha itu. Andaipun ada yang dia dapat, itu adalah yang sudah digariskan oleh Allah.
Banyak orang yang gagal melunasi hutang karena targetnya adalah melunasi hutangnya. Banyak orang yang gagal mendapatkan anak karena yang dia kejar hanya anak keturunan. Banyak orang yang gagal membentuk imperium usaha karena yang dia kejar hanya hasil usaha itu. Andaipun ada yang dia dapat, itu adalah yang sudah digariskan oleh Allah.
Selanjutnya
Ust. YM bilang kepada sang suami bahwa, "Daripada mencari pekerjaan, lebih baik mencari Allah."
“Jadilah Seperti yang Allah Ridhoi, Jangan
Menjadi Seperti yang Kita Ingini.”
Hikmah QS. Al-Baqarah
[2] : 14 – 18
QS. Al Baqarah [2] : 14 |
[2:14] Dan bila mereka berjumpa
dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah
beriman". Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka
mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok".
[2:15] Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.
Dari
ayat QS. Al-Baqarah [2] : 14 di atas menyebutkan orang yang “Memperolok-olok
Allah” atau “Mempermainkan Allah.” Yaitu orang yang tadinya
sudah beriman, lalu bertaubat, tetapi kemudian tergelincir dosa lagi, atau
Tomat (Tobat lalu Kumat). Ini adalah memperolok-olok Allah.
Maka
di ayat Al Baqarah [2] : 15, Allah mengancam untuk “Membalas mempermainkan
mereka.”
BAGAIMANA CARA ALLAH MEMBALAS MEMPERMAINKAN KITA?
Kejadian
sehari-hari :
Suatu saat orang mendapat suatu proyek, untuk modal proyek,
rumahnya digadaikan ke bank. Saat proyek sudah selesai dan ingin menagih dana
proyek, perusahaan pemilik proyeknya pailit. Maka tagihan tersebut tak
tertagih, rumahnya pun disita oleh bank.
QS. Al Baqarah [2] : 16 |
ulaa-ikalladziinasy-tarowuudh-dholaa
lata bilhudaa famaa robihat-tijaarotuhum wamaa kaanuu muhtadiin
[2:16] Mereka itulah orang yang
membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka
dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
Permisalan
dengan ayat di atas adalah :
Kita sudah nyaman bekerja di suatu kantor, tapi
tergiur melihat kekayaan orang lain. Lalu kita pindah ke kantor lain, namun
ternyata di kantor lain itu malah lebih buruk keadaannya. Pindah lagi bekerja
di tempat lain, hal yang sama kita dapatkan. Lalu kita berhenti bekerja dan
mencoba berusaha, namun usahanya malah bangkrut. Jika terjadi seperti itu maka
segeralah bertaubat. Karena bisa jadi kita sedang di azab Allah.
QS. Al Baqarah [2] : 17 |
matsaluhum
kamatsalilladziis tawqoda naaron falammaa adhoo-at maahawlahu dzahaballaahu
binuurihim watarokahum fii zhulumaatil-laa yubshiruun
[2:17] Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
Contohnya;
“Perumpamaan mereka
adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka.”
Artinya;
Allah akan membiarkan orang itu membuat suatu perniagaan, perdagangan, usaha, proyek,
dsb. (dikiaskan dengan menyalakan / memantik api), namun ketika usaha itu akan
berhasil, balik modal, proyek akan menang, dsb., usaha tersebut malah bangkrut. Na'udzubillaahi min dzaliik.
Atau;
surat lamaran dikirimkan, lalu datang surat panggilan, interview, dan diterima
bekerja. Namun sehari sebelum bekerja ada kabar kalau Direksi perusahaan
menitipkan keponakannya untuk mengisi posisi itu. Dan kejadian di atas terjadi berulang-ulang.
BEGITULAH CARA ALLAH MEMPERMAINKAN KITA
“Jika Seseorang Tersesat, lalu Allah Memberikan
Petunjuk-Nya, namun Orang Itu Sesat Lagi, maka Tidak Akan Pernah Berhasil
Perniagaan (Usaha) Apapun yang Dilakukan Orang Itu Kecuali Bertaubat.”
Lalu
bagaimana setelah Allah mempermainkan kita?
“Dan membiarkan mereka
dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”
Allah
akan meninggalkan kita dan membiarkan kita berada dalam kegelapan. Nau’dzubillaahi min dzalik.
QS. Al Baqarah [2] : 18 |
shummum
bukmun 'umyun fahum laa yarji'uun
[2:18] Mereka tuli, bisu dan
buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).
Ayat di atas berisi ancaman Allah,
bahwa ORANG FASIK
(orang yang sudah menerima petunjuk Allah namun tersesat lagi) tersebut,
tidak akan bisa menerima petunjuk dan tidak
akan kembali ke jalan yang benar. Na’udzubillaahi
min dzalik.
Silahkan download Jilid 1 dan Jilid 2 atau meng-klik gambar e-book di sebelah kanan
No comments:
Post a Comment